Televisi Pendidikan
Televisi Pendidikan adalah medium yang sangat bagus untuk membagi
informasi dan bahan pendidikan kepada masyarakat secara luas. Teknologi terbaru
termasuk komputer dan Internet sudah menjadi pilihan utama untuk teknologi
pendidikan, dan ada beberapa orang yang kira televisi adalah teknologi lama.
Tetapi, potensi Televisi Pendidikan untuk membawa pendidikan ke semua
masyarakat di mana mereka duduk, belum begitu tercapai.
Di website ini kami menyediakan
venue untuk pendidik-pendidik di lapangan supaya mereka dapat membahas hal-hal
terkait dengan televisi pendidikan, memasang sumber-sumber bahan pendidikan
pribadi atau link-link ke situs mereka, dan video-clip yang pendek mengenai
praktek pengajaran untuk membantu guru-guru lain di lapangan.
Kami berharap partisipasi dari
pendidik-pendidik dari semua negara untuk memajang idea-idea dan hasil
praktek-praktek baru di sini.
TELEVISI
SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
Di ranah Indonesia, sejarah
pertelevisian pertama kali dimulai saat Pemerintah memutuskan untuk memasukkan
proyek media massa televisi ke dalam proyek Asian Games, yang sebelumnya telah
dilakukan penelitian yang mendalam tentang manfaat dan fungsi dari televisi.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Penerangan No 20/E/M/1961, dibentuklah
Panitia Persiapam Pembangunan Televisi di Indonesia, kemudian berdasarkan surat
keputusan Presiden No 215/ 1963, didirikanlah Yayasan Televisi Republik Indonesia,
yang berlaku sejak tanggal 20 Oktober 1963.
Dengan kondisi yang terbatas
lahirlah televisi siaran pertama di Indonesia. Walaupun pada awalnya hanya
mempunyai jangkauan siar yang terbatas serta jumlah pesawat
penerima yang terbatas pula. Meskipun agak lamban, perkembangan terus berjalan seiring dengan terus berputarnya roda waktu yang silih berganti, sekarang hampir
semua daerah tingkat I dan II telah mempunyai stasiun TVRI dan bahkan ada stasiun produksi keliling.
Menurut Darwanto dalam buku ini, salah satu alasaan kenapa televisi bisa dijadikan sebagai pendidikan adalah karena televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh media massa lainnya. Karakteristik audio visual yang lebih dirasakan perannya dalam mempengaruhi khalayak, sehingga dapat dimanfaatkan oleh negara dalam menyukseskan pembangunan negara dalam bidang pendidikan melalui program televisi sebagai sarana pendukung Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya yang cukup mahal, tetapi kemudian muncul pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki oleh televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku dan pola pikirnya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran teratas dari jajaran media massa.
penerima yang terbatas pula. Meskipun agak lamban, perkembangan terus berjalan seiring dengan terus berputarnya roda waktu yang silih berganti, sekarang hampir
semua daerah tingkat I dan II telah mempunyai stasiun TVRI dan bahkan ada stasiun produksi keliling.
Menurut Darwanto dalam buku ini, salah satu alasaan kenapa televisi bisa dijadikan sebagai pendidikan adalah karena televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh media massa lainnya. Karakteristik audio visual yang lebih dirasakan perannya dalam mempengaruhi khalayak, sehingga dapat dimanfaatkan oleh negara dalam menyukseskan pembangunan negara dalam bidang pendidikan melalui program televisi sebagai sarana pendukung Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya yang cukup mahal, tetapi kemudian muncul pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki oleh televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku dan pola pikirnya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran teratas dari jajaran media massa.
Menurut Dr , televisi dengan
gambar audio visualnya sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita,
hal ini seperti diungkapkan oleh bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi
gambar dan gambar-gambar ini merupakan suatu yang penting dalam hubungannya
dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat dan
situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu mengunjungi atau telah mempunyai
pengalaman.
Bahasa Audio Visual
Bahasa Audio Visual
Dari sedikit pendapat Lyle serta
Lippman di atas, jelas sekali televisi bisa memberikan apresiasi kepada
khalayak penonton. Sebagai media audio-visual penyajian acaranya lebih
menekankan kepada bahasa audio visual, meskipun tidak menutup kemungkinan mengabaikan
masalah yang bersifat auditif, walaupun yang bersifat auditif hanya sebagai
kelengkapan penjelasan bagi hal-hal yang belum atau tidak tampak pada gambar.Hal
itu menyebabkan apabila seseorang melihat susunan gambar di layar televisi,
merasakan ada nuansa yang baru, audio visual dapat memberikan
pengalaman-pengalam an yang baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya, atau dapat memberikan pengalaman semu atau Simulated Experience. Walaupun
begitu, segala sesuatu pasti mempunyai titik lemah dan sisi negatifnya. Menurut
peresensi begitu pula yang terjadi pada televisi. Telvisi tak jarang membuat
orang melakukan tindakan yang abnormal yang asusila seperti yang menimpa anak
SD kemarin karena gara-gara menyaksikan tayangan Smackdown yang ditayangkan
oleh salah satu stasiun swasta negeri seribu banjir ini. Kelemahan lain dari
media massa televisi adalah sifat komunikasinya yang hanya satu arah, sehingga
khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tak bisa memberikan
tanggapan-tanggapan secara langsung. Karena itu tak mengherankan kalau ada
beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang mendorong
orang untuk bermalas-malasan. Bahkan cenderung berpengaruh negatif terhadap tingkah
laku dan sikap seseorang.
Sebagai penulis buku yang berjudul Televisi sebagai Media Pendidikan ini, Darwanto, cukup berhasil mengetengahkan hasil penelitiannya yang walaupun sudah agak lama, tapi tetap bisa untuk bisa diikuti oleh pembaca yang lebih umum lagi luas, yang asalnya hanya bisa diakses oleh rekan-rekannya sesama akademis di salah satu unversitas negeri ini
Sebagai penulis buku yang berjudul Televisi sebagai Media Pendidikan ini, Darwanto, cukup berhasil mengetengahkan hasil penelitiannya yang walaupun sudah agak lama, tapi tetap bisa untuk bisa diikuti oleh pembaca yang lebih umum lagi luas, yang asalnya hanya bisa diakses oleh rekan-rekannya sesama akademis di salah satu unversitas negeri ini
0 komentar:
Posting Komentar